BEREDAR meme yang memuat tentang: “Harga Naik, Jangan Mengeluh”. Meme tersebut juga berisikan sebuah hadis yang menganjurkan agar kita tidak mengeluh atas kenaikan harga, cukup sabar dan tawakkal.
Pengurus PP Al Irsyad Al-Islamiyah Ustaz Farid Nu’man Hasan menjelaskan bahwa hadis tersebut tentu benar yaitu mengajarkan sabar.
Akan tetapi, sabar bukanlah bermakna pasif dan bukan pula tidak boleh kritis. Meme itu menempatkan hadis bukan pada tempatnya.
Al Quran sendiri merinci sifat orang-orang bersabar itu: tidak lemah, tidak lesu, dan tidak tinggal diam. (QS. Ali Imran: 146)
Baca Juga: Harga Cabai Naik, Para Ibu di Jatiluhur Tidak Khawatir, Ini Alasannya
Harga Naik Jangan Mengeluh, Bagaimana Penjelasan Hadis tentang Sabar?
Di sisi lain, seharusnya pembuat meme tersebut hendaknya bisa berbuat adil dan sportif, jangan hanya menuntut rakyat untuk jangan mengeluh, tapi juga hendaknya mengingatkan pemimpin/penguasa dengan hadits:
اللَّهُمَّ مَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ هَذِهِ أُمَّتِي شَيْئاً فَرَفَقَ بِهِمْ، فَارْفُقْ بِهِ. وَمَنْ شَقَّ عَلَيْهَا فَاشْفُقْ عَلَيْهِ. رواه مسلم.
“Ya Allah, siapa saja yang memimpin/mengurus urusan umatku ini, yang kemudian ia menyayangi mereka, maka sayangilah ia. Dan siapa saja yang menyusahkan mereka, maka SUSAHKANLAH DIA”._
(HR. Muslim no. 1828)
Jangan sampai pembuat meme ini mirip seperti yang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam gambarkan:
إِذَا رَأَيْت أُمَّتِي تَهَابُ فَلَا تَقُولُ لِلظَّالِمِ يَا ظَالِمُ فَقَدْ تُودِّعَ مِنْهُمْ
Jika kau melihat umatku ketakutan dan tidak berkata kepada orang zalim “Wahai Zalim” maka Allah akan tinggalkan mereka.
(HR.Ahmad, Al Bazar,Al Hakim, beliau nyatakan: shahih. Disepakati Adz Dzahabi)
Baca Juga: Rahasia Sabar
Sungguh menasihati kebijakan pemimpin yang keliru adalah salah satu perkara penting dalam Islam, sebagaimana hadis:
الدِّينُ النَّصِيحَةُ قُلْنَا لِمَنْ قَالَ لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُولِهِ وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ
“Agama itu adalah nasihat.” Kami bertanya, “Nasihat untuk siapa?” Beliau menjawab, “Untuk Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, dan para pemimpin kaum muslimin, serta kaum awam mereka.”
(HR. Muslim no. 55)
Imam Al Khathabi menjelaskan bahwa NASIHAT itu tonggak dan tiangnya agama. Beliau Rahimahullah mengomentari makna hadis tersebut:
وَمَعْنَى الْحَدِيث : عِمَاد الدِّين وَقِوَامه النَّصِيحَة . كَقَوْلِهِ : الْحَجُّ عَرَفَة أَيْ عِمَاده وَمُعْظَمه عَرَفَة .
“Makna hadis (agama adalah nasihat) adalah: tiang agama dan penyangganya adalah nasihat. Ini seperti sabdanya: haji adalah ‘arafah artinya tiang dan ang paling penting dari haji adalah (wukuf) di ‘Arafah.”
(Dikutip An Nawawi, Syarh Shahih Muslim, 1/144)
Baca Juga: Doa Memohon Kesabaran dari Bos Zalim
Maka, siapa pun yang menasihati kekeliruan kebijakan pemimpin dengan cara santun, argumentatif, maka dia sedang menegakkan agama.
Kebalikannya, selalu menjadi pembela kebijakan yang salah dan mencekik dengan berbagai dalil-dalil, tidak peduli benar atau salah, asal bela saja, adalah perilaku menjilat yang terlarang.
Nabi Shalallahu’Alaihi wa Sallam bersabda:
«اسْمَعُوا، هَلْ سَمِعْتُمْ أَنَّهُ سَيَكُونُ بَعْدِي أُمَرَاءُ؟ فَمَنْ دَخَلَ عَلَيْهِمْ فَصَدَّقَهُمْ بِكَذِبِهِمْ وَأَعَانَهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ فَلَيْسَ مِنِّي وَلَسْتُ مِنْهُ وَلَيْسَ بِوَارِدٍ عَلَيَّ الحَوْضَ،َ»
“Dengarkanlah, apakah kalian telah mendengar bahwa sesudahku nanti akan ada para pemimpin. Siapa yang masuk kepada mereka, lalu membenarkan kedustaan mereka dan mendukung kezaliman mereka, maka dia bukan golonganku, aku juga bukan golongannya. Dia juga tak akan menemuiku di telaga.”
(HR At Tirmidzi no. 2259, An Nasa’i no. 4208, Shahih)
Demikian. Wallahul Muwafiq Ilaa Aqwamith Thariq.[ind]