ChanelMuslim.com – Muhammad shallallahu ‘alahi wa sallam takut dan cemas dirinya menjadi seorang dukun yang melakukan hal-hal yang tidak rasional saat pertama kali menerima wahyu. Beliau tidak serta merta memahami bahwa dirinya telah diangkat menjadi Nabi.
Wahyu pertama yang turun kepadanya saat itu pasti dianggap tidak rasional. Dan sesuatu yang tidak rasional di zaman itu berkaitan dengan aktivitas perdukunan.
Baca Juga: Nabi Muhammad Menangis Memikirkan Nasib Umatnya
Muhammad Takut Menjadi Dukun Sebelum Tahu Diangkat Menjadi Rasul
Ini adalah ketakutan yang wajar dan menunjukkan fitrah manusia yang tidak mau melakukan hal-hal yang negatif.
Maka Jibril datang berkali-kali untuk menenangkan dan menghibur Muhammad. Lalu turunlah surah al-Mudatsir sebagai isyarat bahwa dirinya diangkat menjadi Rasul yang akan menyampaikan risalah Allah.
Turunnya wahyu pertama, surah Al-Alaq, dan selanjutnya surah Al-Mudatsir memiliki jarak waktu. Jarak inilah yang digunakan untuk mempersiapkan mental Muhammad sebelum memulai proses dakwah.
Setelah turun surah al-Mudatsir ini, Muhammad menyadari bahwa dirinya adalah seorang yang diutus untuk menyampaikan pesan Allah kepada seluruh umat manusia. Dari sinilah proses dakwah dimulai.
Dakwah yang dilakukan oleh Muhammad tidak sekedar menyampaikan pesan Allah lalu selesai. Beliau memberikan teladan dan bimbingan kepada orang-orang yang mau menerima risalah Allah ini.
Mereka yang mau menerima dakwahnya akan terus dididik dan dikembangkan kualitasnya hingga menjadi manusia yang berada di level tertinggi atau disebut dengan Muhsinuun.
Dalam surah Al-Jumu’ah ayat dua ini menjelaskan peran Muhammad saat berdakwah:
هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.
Lafadz يُزَكِّيهِمْ (mensucikan mereka) berasal dari kata tazkiyyah. Memiliki makna melakukan pendidikan kejiwaan yang berkaitan dengan orientasi hidup dan tujuan hidup. Dengan tazkiyyah akan membersihkan niat supaya jelas tujuan hidupnya.
Orientasi hidup ini didapatkan dengan mengajarkan ilmu-ilmu al-Qur’an وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ (mengajarkan mereka Kitab) hingga manusia mengerti tujuan hidupnya.
Untuk mencapai pada tujuan hidup dibutuhkan sarana, yaitu hikmah (الْحِكْمَةَ).
Hikmah adalah ilmu-ilmu praktis atau terapan yang berkaitan dengan sarana hidup. Ilmu-ilmu ini berisi cara manusia untuk menjalani kehidupan yang baik dan benar demi mencapai tujuan hidup yang diajarkan oleh Al-Qur’an. [Ln]