Penemuan Al-Idrisi
Pertama: Dia berhasil membuat Peta. Al-Idrisi membagi bagian Utara Bola Dunia kepada tujuh kawasan dengan cuaca yang berbeda, kemudian dia membagi masing-masing kawasan kepada sepuluh bagian yang mempunyai garis bujur yang sama. Dia menggambarkan setiap bagian-bagian yang jumlahnya tujuh puluh dengan peta tersendiri. Keseluruhan dari peta yang jumlahnya tujuh puluh tersebut menjadi satu peta yang mencakup dunia, yang kemudiam dikenal dengan peta Al-Idrisi. Peta Al-Idrisi ini merupakan peta paling detil dan mengagumkan yang pernah dikenal dalam ilmu geografi dan seni menggambar peta (cartography) pada masa itu. Peta Al-idrisi dilandaskan kepada suatu pengetahuan yang solid akan bentuk bumi yang bulat. Dasar-dasar pemi-kirannya bersumber dari referensi-referensi Barat dan Islam secara bersamaan. Peta juga dibuat berdasarkan penga-laman pribadinya dan informasi-informasi ilmiah yang telah dia rangkum. Peta Al-Idrisi telah menjadi acuan bagi peta-peta yang digambar pada masa kebangkitan dan juga merupakan titik awal bagi ditemukannyas geografi pada era kemashurannya.
Beberapa keistimewaan Peta Al-Idrisi
– Bentuk peta Eropa dijelaskan dengan detil
– Peta pesisir Laut Tengah digambar secara ter-perinci
– Dr. Abdul Halim Mahmud dalam bukunya, “Eropa dan Islam,” menyebutkan Bahwa salah satu peta Al-Idrisi menggambarkan mata air sungai Nil yang terdapat di antara danau-danau katulistiwa besar dengan jelas.
Kedua: Bola Perak, Al-Idrisi telah menciptakan sebuah bola dari perak untuk Roger II. Di pemukaan bola tersebut ia menggambar peda dunia, sehingga bole aitu tak ubahnya bola dunia. Bola tersebut beratnya mencapai berat dua orang manusia dewasa. Bola tersebut telah hilang pada masa menjamurnya kebodohan dan kefa-natikan yang terjadi sesudah raja-raja Normans yang terdahulu
Ketiga: Buku Gografi. Al-Idrisi telah berhasil menulis tiga buku Geografi, yaitu:
– “Nuzhat AL-Musytaq Fi Ikhtiraq Al-Afaq.” Buku ini bisa dikategorikan buku terbesar yang pernah ditulus oleh Al-Idrisi. BUku ini nantinya akan kita bicarakan secara terperinci.
– “Raudhat Al-Ins Wa Nuzhat An-Nafs.” Buku ini merupaka hadiah yang diberikan oleh AL-Idrisi kepada William I. Buku ini hanya kita dapati dalam bentuk ringkasan yang dikenal dengan nama “Al0Idrisi Ash-Shagir.”
– “Shifat Bilad Al-Musytaq fi Ikhtiraq Al-Afaq,” yang dianggap sebagai peta dunia merupakan karya terbesar Al-Idrisi. Dalam Referensi Klasik Arab dan Islam, buku yang ditulis oleh Al-Idrisi ini lebih dikenal dengan nama “Kitab Roger” atau “Al-Kitab Ar-Rujari.” Yaitu sebuah penisbatan kepada raja ROger II. Penulisan buku ini ram-pung pada tahun 549 H/ 1154 M. BUku ini telah mendapat sambutan baik di Eropa dan Selanjutnya menjadi referensi bagi ilmuwan-ilmuwan Eropa dalam memperlajari geografi benua Eropa dan dunia selama beberapa abad. Ringkasan buku ini telah terbit dan diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada penghujung abad keenam belas Masehi.
Dalam penulisan buku ini, Al-Idrisi menggabungkan antara referendi Barat dan Islam kemudian dia menam-bahkannya dengan pengalaman pribadinya dalam melakukan perjalanan ke berbagai negara. Dengan demikian, buku ini telah menjadiensiklopedi terlengkap yang mampu menyatukan antara geografi astronomi dan geografi matematika. Di dalam buku ini kita akan menemukan bahwa alam dunia yang kita huni mempunyai tujuh kawasan cuaca yang berbeda. Di dalam buku ini juga berbicara tentang beberapa negara, pegunungan, sungai, sumber daya alam dan manusia berserta aktivitas ekonomi, industri, seni, dan kebudayaannya.
Al-Idrisi telah mampu secara profesional menggambarkan Laut Tengah dan negara-negara yang ada di sekitarnya. Demikian juga dengan benua Eropa dan negara-negara yang ada di sana. Di pertengahan bukunya, Al-Idrisi menyuguhkan informasi-informasi yang mengundang gelak tawa dan ide-ide penting. Di antara yang lucu misalnya, dia mengatakan tentang Laut Tengah, “Laut ini mengandung berkah, dan tidak ada hubungannya dengan laut kegelapan.” Konon, pen-duduk Maroko merasa iri kepada Andalusia dan mereka melaporkan hal itu kepada khalidah yang telah lalai mengurus daerahnya. Maka khalifah memerintahkan untuk menggali tanah antara Tanja dan Andalusia, lalu membangun jalan yang menghubungkan antara keduanya. Akan tetapi air naik dan meluap sehingga tenggelamlah semua kota.”
Apabila kita renungkan perkataan ini dan apa yang dilakukan oleh khalifah, niscaya kita dapat menyimpulkan dua hal berikut:
Pertama: Realita geologis, yaitu bahwa Laut Tengah pada masa dahulu terdiri dari dua lautan; Laut Barat yang airnya asin dan Laut Timur yang airnya tawar. Laut di bagian timur ini mengalir ke sungai Nil dan beberapa sungai lainnya pada masa dahulu dan sekarang telah berhenti mengalir. pada masa geltser 25 tahun silam, air laut di samudera Atlantik naik setelah kubah es mengalami pencairan secara besar-besaran, sehingga sebagian permukaan bumi tenggelam.
Kedua: Realita antropologis, yaitu bahwa telah terjadi migrasi secara besar-besaran dari ujung Barat Daya Afrika ke kepulauan Iberia dengan perjalanan dasar sebelum menyatunya Laut Tengah dengan Samudera Atlantik.
Di antara peristiwa lain yang disebutkan dalam buku ini adalah kisah orang-orang yang berlayar mencari pulau. Merka berjumlah delapan belas orang yang berasal dari Andalusia. Semuanya bersaudara. Ada anak, paman, dan saudara-saudaranya yang mengarungi lautan pada abad kesebelas Masehi. Mereka berangkat dari Liboson (Ibu kota Portugal) di pantai Barat Spanyol dengan menaiki perahu untuk menemukan “laut kegelapan.”
Mereka berlayar ke tepi barat, kemudian ke selatan hingga mendaptkan sebuah pulau. Setelah itu, mereka berlayar lagi ke arah selatan hingga menemukan pulau lain. Menurut sebagian penulis buku pada masa sekarang, kedua pulai itu barangkali pulau Canary (Canary Island), seklaipun peneliti dari Maroko, Profesor Abdullah Al-Hariri, berpendapat bahwa keduanya barangkalai pulau Amerika Selatan, sesuai dengan pernyataan Al-Idrisi tetang penduduk yang jauh di negeri seberang dan berdasarkan perkiraan jarak antara Lisbon dengan Amerika Selatan adalah enam puluh hari, apabila ditem-puh dengan pejalanan laut.
Karya Tulis Al-Idrisi Lainnya
– “Al-Adwiyah Al-Mufrijah.” Buku ini berbicara tentang kedokteran dan farmasi. Di dalam buku ini, Al-Idrisi menyebutkan nama resep obat-obat dengan memakai dua belas bahasa.
– Di bidang ilmu tumbuh-tumbuhan dan farmasi. Al-Idrisi telah menuliskan sebuah buku yang berjudul “Al-Jami’ Liasytaat An-Nabaat.” Buku ini disusun berdasarkan huruf abjad. Ilmuwan Prancis, Jack Risler mengatakan bahwa Al-Idrisi telah menyebutkan kegunaan 360 macam tumbuh-tumbuhan dalam membuat resep obat.
– Al-Idrisi juga seorang sastrawan dan penyair. Dalam bidang ini dia juga telah berhasil menulis beberapa buku.
SIkap Ilmuwan Barat terhadap Al-Idrisi
Kendati Al-Idrisi merupakan salah satu tulang punggung kebangkitan Eropa -bahkan atas gagasan dan kreativitasnya, kebangkitan menggeliat di selatan Italia- namun di atidak lepas dari hinaan dan cercan orang-orang Barat. Pada saat ini -kecuali karya-karya sebagian orientalis yang obyektif dalam menilai- kita tidak lagi menemukan pengakuan akan kontribusi Al-Idrisi yang besar dalam buku-buku biografi para ilmuwan dan tokoh, namanya tidak pernah disebutkan. Justru yang disebut hanya ilmuwan-ilmuwan yang sebenarnya tidak punya peranan dan kontribusi dalam ilmu geografi. Pengakuan terbaik yang dapat kita jumpai tentnag Al-Idrisi hanya dalam ungkapan dua ilmuwan Barat berikut ini:
– Jack Risler, seorang ilmuwan Perancis. Di dalam bukunya yang berjudul “Al-Hadharah Al-Arabiah,” ia mengatakan, “Ptolemeaus bukanlah guru besar geografi Eropa adalah Al-Idrisi yang dilahirkan pada tahum 1100 M, yang pernah belajar di kota Qordova, yang tinggal di kota Ar-Ramwu di negeri Roger Sisilia pada pertengahan abad kedua belas merupakan tempat berpijak dan langkah awal bagi teori-teori geografi yang ada pada era pertengahan.”
– Baron De Ceylan. Ketika mengomentari buku Al-Idrisi yang berjudul “Nuzhatul Musytaq,” dia mengatakan, “Sesungguhnya buku ini adalah sebuah buku geografi yang tidak bisa dibanding-bandingkan dengan kitab geografi sebelumnya.Buku ini masih bisa kita pakai sebagai petunjuk dalam mengarungi perjalanan ke berbagai tempat di belahan dunia.
Pada tahun 1866 M, sebagian dari buku Al-Idrisi yang berjudul “Nuzhar Al-Musytaq” telah dicetak ulang di kota London. Buku tersebut bernama “Shifat Al-Maghrib Wa As-Sudan Wa Mishr Wa Al-Andalus.” Pada tahun 1926, seorang orientalis, Kotard Moleh, menerbitkan peta-peta Al-Idiris, dan lembaga keilmuwan Irak telah mencetak ulang peta-peta tersebut pada tahun 1951 M. Kemudian pada tahun tujuh puluhan percetakan-percetakan yang ada di Italia mencetak ulang buku “Nuzhat Al-Musytaq.”
Tamat
(Sumber: 147 Ilmuwan Terkemuka Dalam Sejarah Islam, Muhammad Gharib Gaudah, Pustaka Al-Kautsar)