ChanelMuslim.com – Tidak ada keraguan di dalam kitab Al-Qur’an yang menjadi petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa. Itulah isi dari surat Al-Baqarah ayat 2.
Orang yang bertakwa adalah mereka yang bisa mendapatkan manfaat dari setiap surat dan ayat yang ada dalam Al-Qur’an.
Baca Juga: 3 Visi Generasi dalam Mendidik Anak menurut Al-Qur’an
Penjelasan Tentang Siapa itu Orang yang Bertakwa
Penjelasan ini dapat kita lihat dari tafsiran Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di.
Dilansir dari channel telegram TAFSIR AL-QUR’AN, dijelaskan bahwa Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di menafsirkan terkait siapa orang-orang bertakwa.
Orang bertakwa adalah mereka yang dapat mendapat manfaat dengan adanya ayat-ayat kauniyah dan ayat-ayat syar’iyah.
Sementara itu, dalam surat Al-Baqarah ayat 3, Allah menjelaskan terkait siapa itu orang bertakwa.
“(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka…”
Dijelaskan bahwa orang-orang bertakwa yang dinyatakan oleh Allah dalam ayat tersebut akan mendapatkan dua hidayah.
Dua macam hidayah itu adalah hidayah bayan dan hidayah taufiq.
Selain orang-orang bertakwa, mereka tidak mendapatkan hidayah taufiq
Mereka tahu akan kebaikan dan kebenaran, tetapi tidak diberi kemudahan untuk beramal dan mengikuti kebaikan serta kebenaran tersebut.
Oleh karena itu, ditegaskan oleh Syaikh Abdurrahman As Sa’di bahwa hidayah bayan tanpa disertai hidayah taufiq untuk beramal, maka pada hakikatnya hal demikian bukanlah hidayah.
Alasannya adalah karena kebenaran atau ilmu yang datang kepadanya bukan memberikan kemanfaatan pada dirinya, tetapi mencelakakan dirinya di hadapan Allah.
Baca Juga: Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 20
Al-Qur’an Menjadi Petunjuk bagi Orang Bertakwa yang Memiliki Sifat ini
Selain itu, Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di menerangkan bahwa Allah mensifati orang-orang yang bertakwa itu dengan keyakinan-keyakinan pada mereka dan amalan-amalan bathin serta yang dzahir.
Orang-orang yang bertakwa adalah orang-orang yang beriman kepada perkara yang ghoib, yang berarti ini adalah keyakinan-keyakinan mereka.
Mereka juga menegakkan sholat. Amalan dzahir yang nampak pada tubuhnya yang diucapkan dengan lisannya.
Kemudian, amalan bathin, yaitu amalan shalat yang dikerjakan dengan khusyuk.
Orang bertakwa juga senang memberikan sebagian rezeki yang dikaruniakan kepada mereka.
Itu adalah beberapa sifat orang-orang bertakwa kepada Allah.
Allah mensifati mereka dengan akidah, amalan-amalan bathin dan amalan-amalan dzahir.
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di mengatakan bahwa hakikat iman adalah pembenaran yang sempurna terhadap segala sesuatu yang dikabarkan oleh para rasul.
Pembenaran ini mengandung keterikatan anggota badan, artinya beramal dengan anggota badan tersebut.
Oleh sebab itu, perkara keimanan bukan beriman kapada segala sesuatu yang bisa diketahui oleh panca indera (bisa dilihat, didengar, dicium baunya).
Hal ini disebabkan karena apabila beriman itu pada segala sesuatu yang bisa dirasakan oleh indera, berarti tidak dapat dibedakan antara yang mu’min dengan yang kafir. [Ind/Camus]