oleh: Abah Ihsan
ChanelMuslim.com – Orang yang bermasalah di dunia, bukan orang yang banyak omong, tapi yang banyak diam.
Ciri orang bahagia, ada keterhubungan. Suami istri yang bahagia, ada suara, yaitu ngobrol. Itu yang membedakan keluarga dengan kos-kosan. Hadits, bicaralah yang baik atau diam. Yang disuruh adalah bicara dulu.
Ngobrol yang berkualitas: anak ngomong, orang tua ngomong. Kalau anak kita rajin ngobrol, maka tidak nakal. Penelitian di New York, anak yang rajin bicara lebih memiliki daya tahan terhadap lingkungan.
Muslim yang bergaul lebih baik daripada yang tidak bergaul. Karena jarang ngobrol, sehingga ngobrolnya justru saat ada masalah. Maka ngobrolnya jadi tidak nyaman.
Banyak anak yang harga dirinya hancur, di rumah. Bukan di luar rumah. Berapa banyak anak yang betah duduk berlama lama di dekat orang tua?
Serem, garing, tidak nyambung, galak, nyuruh-nyuruh. Telinga mereka panas mendengar nasihat orang tuanya. Ternyata kalau caranya salah, nasihat bisa menghancurkan. Kenapa? Over dosis.
Jangan jadi orangtua yang Not Close Not Real.
Zaman dulu, orang tua membesarkan anak tanpa ada pesaing. Tahun 1970-an belum ada TV swasta. Tahun 1980-an belum ada internet. Cukup teladan orang tua. Blm ada cara verifikasi informasi.
Menguasai teknologi: menggunakan untuk pengetahuan.
Dikuasai teknologi: menggunakan untuk kesenangan.
Keywordnya: Di deket anak dan bersama anak.
Jangan pula jadi orangtua So Close but Not Real.
Kalau hanya orang tua yang ngomong, namanya taklim. Kalau anak juga ngomong, namanya baru ngobrol. Setiap anak lahir dalam keadaan fitrah. Apa yang disukai Alloh, manusia menyukainya. Apa yang dibenci Alloh, manusia tidak menyukainya. Jangan menyalahkan orang lain karena yang mengubah fitrah adalah org tua. Jika pengaruh orang tua besar, maka pengaruh lingkungan akan kecil.
Karena tidak punya skill ngobrol, maka bisa celaka dunia dan akhirat. Maka carilah skill. Kantor menginvestasikan banyak uang untuk training karyawannya agar memiliki skill.
Tidak boleh ada anak pendiam di rumah.
Banyak nasihat masuk telinga kanan keluar telinga kanan karena tidak pernah dikeluarkan perasaannya. Ajak ngobrol, meskipun hal yang sepele. Wibawa ayah tidak dibangun oleh kejaiman. Namun oleh ketegasan dan tanggung jawabnya.[ind]