ChanelMuslim.com – Mengenal Komunitas Muslim di Berlin
Berlin adalah ibukota Negara Federasi Jerman. Jerman terdiri dari 16 Bundesländern atau negara bagian. Dikenal dengan destinasi wisata sejarah dan literatur, di Berlin juga terdapat komunitas muslim Indonesia. Bagaimana keseharian mereka menjalani Ramadan?
“Ramadan adalah bulan penuh kebahagiaan buat kami. Saya dan keluarga biasanya menyambutnya dengan membuat hiasan di rumah kami. Hal ini bertujuan agar anak-anak bahagia menyambut Ramadan. Agar mereka aware bahwa Ramadan adalah saat-saat indah dan istimewa karena tinggal di negara minoritas ini tentulah berbeda nuansanya ketika Ramadan. Tidak ada hiruk pikuk penyambutannya di luar sana. Oleh karena itu, di rumahlah kita membangun semangat dan kebahagiaan menyambut Ramadan,” kata Ira Ariane, S.S., M.Si. WNI yang menetap di Berlin sejak 2009.
Ira mengakui, menjalani Ramadan di Benua Eropa merupakan suatu tantangan tersendiri, terutama karena perbedaan musim sehingga durasi puasa jauh berbeda dengan di tanah air.
Baca Juga: Dewan Muslim Inggris Umumkan Pemenang Penghargaan Komunitas 2021
Mengenal Komunitas Muslim di Berlin
“Sudah 5 tahun belakangan ini Ramadan jatuh pada musim panas. Alhamdulillah, Allah menyayangi kami dengan diberikannya waktu yang begitu panjang. Tahun ini kami puasa tidak selama tahun lalu yang lamanya berpuasa selama 19,5 jam. Ramadan kali ini kami berpuasa sekitar 18 jam. Hari ini kami subuh jam 3.10 dan magrib jam 20.50,” ujarnya.
Ramadan bulan kebahagiaan juga buat para perantau di Berlin. Selain berkumpul bersama di masjid dengan aktivitas keagamaan, Ramadan juga saat-saat mereka melepas rindu terhadap makanan-makanan khas Indonesia.
“Berbagai jenis cemilan dan makanan khas berbuka biasanya tersaji secara bergantian. Ibu-ibu di Berlin secara bergantian memasak untuk para jamaah. Dan saat-saat seperti ini juga ajang berhemat bagi para mahasiswa yang sedang menimba ilmu di Berlin. Makanan khas Indonesia yang disediakan adalah magnet tersendiri bagi kami mukimin di rantau,” tambah Ira.
Selain di rumah, kegiatan semarak Ramadan juga dipusatkan di Masjid Al Falah, masjid Indonesia pertama di Jerman, IWKZ (Indonesische Weisheit und Kultur Zentrum) nama resminya.
“Pengurus masjid biasanya bekerja sama dengan PKPU mendatangkan ustaz dari Indonesia yang selama sebulan penuh bersama kami membimbing dengan ilmu dan nilai-nilai keislaman. Kajian ba’da sahur, pengajian ibu-ibu dhuha, pengajian pemuda pemudi ba’da ashar, pengajian menjelang buka puasa lalu buka puasa dan ditutup dengan solat maghrib, isya dan tarawih. Buka puasa bersama di masjid setiap hari dan setiap hari Jumat buka puasa bersama dilakukan di KBRI (Kedutaan Besar RI),” tambah Ira dalam Kulwap Jelajah Ramadan di 5 Negara yang digelar ChanelMuslim.com, Sabtu (9/5) di grup WhatsApp.
Masjid Al Falah berdiri sejak tahun 1980-an atas ide para pelajar dan mahasiswa muslim saat itu. Masjid Al Falah ini adalah rumah kedua bagi masyarakat muslim Indonesia di Berlin. Begitu banyak aktivitas dilakukan di sini, dari anak-anak sampai Oma Opa.
“Semakin banyaknya pendatang yang tiba di Berlin dan semakin tingginya kesadaran kehidupan beragama mereka, maka hari demi hari masjid kami serasa tak bisa menampung jamaahnya. Oleh karena itu, kami sedang berikhtiar untuk membeli gedung sebagai masjid permanen,” jelas ibu dari 4 anak itu.
Keindahan Ramadan bersama seperti itu kini hanya menjadi mimpi. Sejak beberapa pekan menjelang Ramadan, anak-anak muslim di Berlin sudah patah hati karena adanya wabah korona yang terjadi dan menyebabkan di-lockdown-nya Berlin dan seluruh kota di Jerman ini.
Bukanlah dikatakan sebuah prestasi, bahwa kenyataannya, Jerman sempat menduduki peringkat ke-4 di dunia sebagai negara terbanyak yang terinfeksi korona.
“Alhamdulillah, berkat kerja keras pihak-pihak terkait yakni pemerintah, medis dan masyarakat yang taat pada aturan, kini Jerman menduduki posisi ketujuh dan perlahan lockdown mulai dilonggarkan. Mulai hari ini juga, masjid-masjid sudah boleh dibuka dengan maksimal jamaah 50 orang. Masjid Al Falah sendiri sudah mulai membuka untuk 30 orang dengan berbagai syarat. Anak-anak berharap Ramadan ini bisa ditutup dengan itikaf di masjid seperti biasa,” ujar alumnus Jurusan Ilmu Perpustakaan Universitas Indonesia itu.
Beberapa bulan lalu, beredar video lantunan azan dari masjid NBS Die Neuköllner Begegnungsstätte e.V. Dar Salam. Azan ini adalah kerja sama NBS dengan sebuah gereja. Aksi ini dilakukan sebagai bentuk prihatin terhadap wabah korona.
[gambar1]
“Masjid NBS ini adalah masjid yang dikelola saudara-saudara kita dari Palestina. Sayangnya, kebijakan azan ini terhenti karena melihat begitu banyak antusiasme muslim dan adanya kerumunan massa, padahal Berlin sedang lockdown,” kata Ira.
Berlin adalah rumah bagi ribuan warga muslim. Muslim di Jerman memang termasuk minoritas, yaitu hanya sekitar 5% saja dari total penduduk Jerman yang berjumlah sekitar 82 juta.
“Muslim di Berlin sendiri alhamdulillah sekitar 10%. Kalau kita melihat statistik, MasyaAllah kita akan melihat bahwa pertumbuhan muslim di Jerman maupun Eropa semakin meningkat, bahkan tahun 2050 diperkirakan jumkah muslim akan mencapai 25%. Allahu Akbar,” tandas Ira.
Bagi masyarakat Berlin maupun Jerman, kehadiran komunitas muslim bukanlah hal yang baru. Tercatat, berdasarkan peninggalan sejarah yang ada, Muslim masuk ke Berlin sejak tahun 1700-an. Hal ini terbukti dengan adanya makam muslim yang di nisannya tertulis tahun 1798. Beliau adalah utusan dari Kekhalifahan Utsmani. Makam ini terletak di areal sebuah masjid bersejarah, yaitu Masjid Sehitlik Moschee atau Sehitlik Camii.
“Ini adalah satu-satunya masjid yang ada di Berlin yang diizinkan memakai kubah dan azan menggunakan speaker luar. Hal ini terjadi atas rasa terima kasih kekaisaran Jerman saat itu terhadap Turki Utsmani,” jelas Ira.
Salah satu destinasi wisata di Berlin ini adalah Brandenburger Tor atau dikenal juga sebagai gerbang kemenangan. Dulu Hitler bersama pasukan biasa mengadakan parade di depan gerbang ini sampai beberapa km. Kini, selain sebagai tempat destinasi wisata, masyarakat juga menggunakan sebagai tempat mengutarakan aspirasi mereka di sini. Demonstrasi-demonstrasi biasa dilakukan di sini. Alhamdulillah, negara Jerman menjunjung kebebasan berpendapat, mengeluarkan ide dan pendapat dilindungi oleh undang-undang.
“Kami masyarakat Indonesia juga kerap melakukannya. Di sini, saya beberapa kali berkesempatan juga ikut aksi-aksi keprihatinan dunia Islam. Seperti tragedi di Syiria, kudeta terhadap Allahuyarham syahid Presiden Mursi, maupun pembebasan Al Quds,” tutup Ira.
Chanelmuslim.com menggelar Kuliah WhatsApp (Kulwap) bertema Jelajah Ramadan di 5 Negara yang dimulai pada Rabu (6/5) hingga Ahad (10/5). Kulwap berdurasi 1 jam tiap sesinya tersebut menghadirkan 5 narasumber dari mancanegara, yakni: Auckland, New Zealand; Tokyo, Jepang; Riyadh, Arab Saudi; Berlin, Jerman; dan Lahore, Pakistan.[ind]