ChanelMuslim.com – Cerita Pagi
Assalamualaikum temans semua,
Sehat-sehat ya. Izin berbagi kisah.
Subuh Rabu 19 Desember pukul 04.30 KA ArgoLawu mendarat di Stasiun Solo Balapan. Alhamdulillah, dengan tenangnya saya ditemani seorang akhwat turun dari kereta.
Petugas kebersihan sudah mengingatkan “Awas, cek lagi , jangan sampai ada barang yang tertinggal”. Saya hanya melihat sekilas ke tempat duduk. Merasa sudah tidak ada barang yang tertinggal, saya langsung turun dari kereta menuju lokasi penjemputan.
(Hari Rabu kemarin agenda saya mengisi acara seminar ‘Mendidik Generasi MIlenial di Era Disrupsi” di Aula Asrama Haji Donohudan, Solo. Acara diselenggarakan oleh JSIT Jawa Tengah).
Saya menyimpan buku ‘Hambatan-Hambatan Dakwah’ di keranjang kursi di hadapan saya duduk. Niat nanti dalam perjalanan akan dibaca. Aslinya saya sudah tamat baca buku ini.
Alhamdulillah, saya termasuk ‘rajin’ mengulang membaca buku-buku bagus dan biasa menemani dalam perjalanan. Qadarullah, baru buka beberapa halaman mata sudah mengantuk.
Ketika nunggu dijemput, tiba-tiba saya teringat buku ‘kok ga ada di dalam tas ya’. Spontan saya bergegas masuk kembali ke area jalur kereta Argo Lawu. Saya lihat kereta mulai bergerak. Saya tanya petugas , itu kereta mau kemana. Dijawab : “Menuju Depo, mau dibersihkan”.
Saya melapor ke petugas bahwa buku saya tertinggal di kereta. Petugas membawa saya ke markas Polsus yang ada di area stasiun.
Petugas yang sedang berjaga di markas langsung monitor ke Depo bahwa ada buku tertinggal di gerbong 4 kursi 11C. Terdengar jawaban di ujung telpon :”Sudah disisir, tidak ada barang yang tertinggal”.
Di dalam ruangan, ada satu lemari kaca yang berisi barang-barang : kaos T.shirt, baju kemeja, tas dompet, dll. Setiap barang diberi keterangan secarik kertas “nama kereta dan tanggalnya”. Saya tanya itu barang siapa. Komandan markas ;” Itu barang-barang penumpang yang tertinggal di dalam gerbong. Belum diambil pemiliknya.”
Jadinya saya penasaran, ingin melihat sendiri buku yang tadi tertinggal di dalam kereta.
Jawab petugas : “Gerbong kereta itu di Depo bu, jauh dari stasiun”. Sambil menunjuk ke arah Depo, kira-kira ada sekitar 1KM.
Dalam hati saya “Ah itu dekat, Bismillah biar ditempuh saja, yakin buku itu masih ada di dalam keranjang kursi.”.
“Ga apa-apa pak, nuwunsewu, biar saya lihat sendiri, mohon diantar oleh petugas.”
Kata saya. Kepala Pos yang sedang bertugas hari itu memanggil seorang staf dan menyuruhnya menemani saya menempuh jalur rel kereta hingga ke Depo Stasiun KA Solo Balapan.
Jadilah saya menelusuri rel kereta. Baru terasa, ternyata tidak nyaman berjalan di atas kerikil bebatuan di atas rel. Jam menunjukkan pukul 05.15. Belum ada kereta yang beroperasi. Lumayan jauh.
Bau anyir yang menyengat di sepanjang rel kereta dan kanan kiri rel yang kotor banyak sampah berserakan. Tambahan info : saya pakai sendal. Petugas pakai sepatu boat.️
“Kapan ya masyarakat Indonesia akan mencintai kerapihan dan kebersihan?”. Terlintas dalam benak.
Sekitar 20 menit berjalan akhirnya sampai di Depo. Dengan dibantu petugas , saya naik ke gerbong kereta. Mulai dari gerbong 4 tempat saya duduk buku itu tidak ada.
Langsung saya sisir dari gerbong satu hingga gerbong dekat lokomotif. Nihil. Saya mulai putus harapan.
“Ya sudah ,Mas. Kalo sudah tidak ada . Taqdir. ” Gumam saya ke petugas yang menemani. Usianya masih muda, 19 Thn. Namanya Eko, baru lulus SMK.
Akhirnya saya keluar dari gerbong kereta dan mulai jalan arah balik ke stasiun. Baru kira-kira jalan 200M, ada telepon masuk ke petugas di samping saya.
[gambar2]
“Bukunya ada di Pos satpam Depo.”. Alhamdulillaaah. Bahagia rasanya. Kata saya ke petugas
“Ini buku belum terbit lagi. Sudah habis di pasaran. Sementara saya masih ada tulisan yang belum selesai yang akan saya ambil dari buku ini. Itu sebabnya kenapa saya memaksakan diri cari sendiri. Matur suwun ya , Mas Eko”.
Saya berjalan balik arah. Pelan dan tertatih. Sebenarnya kedua kaki mulai gemetar. Kaki kiri sudah beberapa bulan ini gunakan decker. Lagipula sebelumnya saya kurang tidur dan baru saja datang dari perjalanan luar kota. Mulai terasa letihnya.
Masuk ke area perkantoran Depo Stasiun KA ini adalah pertama kali bagi saya. Jadi tahu sedikit seluk beluk bagian dalam perkantoran.
Jika kereta selesai beroperasi, maka semua gerbong itu dibawa ke depo stasiun dan dibersihkan oleh beberapa pekerja. Mereka memeriksa semua bagian fisik gerbong kereta.
Rupanya ketika petugas kebersihan menyisir barang yang tertinggal, mereka menyerahkan dulu ke satpam, selanjutanya diserahkan ke markas polsus di stasiun. Proses baru mulai, namun saya telah menjemputnya lebih dulu.
[gambar1]
Eko, anak muda yang baru bertugas beberapa bulan ini menyarankan saya naik kereta Lodaya.
“Capek to bu..jalan lagi ke arah stasiun. Ibu duduk saja di dalam. Kereta bergerak kira-kira 10 menit lagi.” ujarnya.
Dengan susah payah saya memanjat naik ke gerbong kereta. Alhamdulillah ‘ala kulli hal.
Temans, Pelajaran apa ya yang bisa dipetik ?
——-
Tulisan ini sebagian saya ketik dalam perjalanan pulang ke Jakarta- Solo Balapan – Jatinegara dinihari tadi.
Bukan kali ini ada barang yang tertinggal dalam perjalanan. Pernah mushaf Qur’an kecil saya tertinggal di pesawat Qatar Zaghreb – Istanbul. Juga mushaf Qur’an tertinggal di pesawat domestik America Phoenix- St.Louis. Tertinggal di rest room bagian luar bandara Charlotte , transit dalam penerbangan Washington DC – Seattle.
Terbaru dalam perjalanan bulan Feb 2018, koper kabin tertinggal di pesawat Qatar Ckg-Ist.
Setelah masuk ruang ‘main building’ Ist airport baru nyadar koper kecil tertinggal di dalam pesawat. Alhamdulillah bisa diurus, koper kembali hari itu juga.
Semoga ada hikmah bagi kita semua
Catatan Ustazah Wiwi Wirianingsih di akun Facebooknya pada 20 Desember 2018 pukul 11.10