oleh: Ustazah Aan Rohanah
ChanelMuslim.com-Kepribadian ibu shalihah yang sangat kokoh akan melahirkan generasi yang berkepribadian istiqamah, memiliki iman yang kuat, beribadah dengan benar, dan berakhlak mulia, berbekal ilmu untuk bisa bermanfaat bagi orang banyak. Sebaliknya, kepribadian ibu yang lemah dan tidak shalihah akan melahirkan generasi yang tidak terjaga fitrahnya, beriman lemah, tidak rajin beribadah, cepat stres, dan kadang menjadi menjadi masalah di masyarakat.
Setiap ibu menjadi cermin yang nyata bagi generasinya dan bertanggung jawab terhadap pembentukan kualitas kepribadian yang luhur bagi mereka.
Karena itu, setiap ibu harus bisa menjaga bahkan meningkatkan keshalihannya .
Kiat-kiat Meningkatkan Keshalehan Seorang Ibu
1. Menjaga Iman yang selalu dinamis, yaitu iman yang selalu hidup di dalam hati, selalu ada semangat dan motivasi serta menggantungkan hidupnya hanya kepada Allah.
Kita bisa mengambil contoh dari Bunda para istri shalihah yaitu Bunda Hajar saat akan ditinggalkan oleh Nabi Ibrahim dalam waktu yang sangat lama di padang pasir yang tandus bersama bayi mungilnya “Ismail” tanpa diberi nafkah dan perbekalan, tapi hati yang dinamis pada Bunda Hajar, saat itu rela ditinggalkan oleh Nabi Ibrahim tanpa ada protes, tanpa ada amarah, tanpa ada suuzhan kepada suaminya bahkan dia mendukung suaminya dengan ucapannya yang menyejukkan: “Jika itu karena perintah Allah, pergilah, aku yakin Allah tidak akan menyia-nyiakan kami di sini.”
Begitu juga kita bisa mengambil contoh dari ibunda Nabi Musa saat diperintahkan Allah untuk menghanyutkan putranya yang masih bayi dan Allah berjanji suatu saat akan mengembalikan lagi kepadanya. Ibunda Nabi Musa dengan segera menghanyutkan Nabi Musa di atas sebuah keranjang dengan ikhlas dan yakin atas janji Allah tersebut.
Iman seperti mereka itu, dalam kondisi apapun selalu bergantung kepada Allah, sehingga tidak akan melakukan hal-hal yang dimurkainya.
Allah berfirman:
“Sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat, barang siapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sungguh dia sudah berpegang (teguh) pada tali yang kuat yang tidak akan terputus, Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui ”
(Al-Baqarah: 256)
Jadi, iman yang dinamis itu dapat membuat seorang ibu terus menjadi shalihah.
Maka seorang ibu jangan meremehkan imannya yang lemah, karena iman yang lemah akan membuat setan mudah
menjerumuskan dirinya dan generasinya.
Karena itu, ibu shalihah harus bisa menjaga imannya.
Banyak sekali cara untuk menjaga dan meningkatkan iman, misalnya dengan cara:
a. Sholat yang khusyuk baik sholat wajib maupun shalat-shalat sunnah
b. Rajin mengkhatamkan Alquran disertai dengan tadabbur
c. Banyak berzikir
d. Bertafakkur alam
e. Gemar ke majelis taklim untuk menambah pemahaman tentang nilai-nilai Islam
f. Sering minta nasihat kepada para ulama
g. Bersahabat dengan orang-orang shalih
h. Hidup di lingkungan yang islami
i. Berinfaq dengan ikhlas sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diberikan oleh tangan kanannya
2. Berusaha untuk selalu mentaati perintah Allah dan Rasul-nya tanpa ragu, tanpa terpaksa dan tanpa memilih-milih.
Allah berfirman:
“Dan tidaklah pantas bagi laki-laki yang mukmin dan perempuan yang mukmin memilih – milih apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu urusan mereka, dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh dia sudah tersesat dalam kesesatan yang nyata.” ( Al-Ahzab : 36).
3. Meridhai ketetapan dan takdir Allah sehingga selalu lapang dalam menghadapi takdir yang baik maupun takdir yang buruk.
Selain itu meyakini bahwa takdir yang baik harus disikapi dengan banyak bersyukur, dan meningkat ibadahnya. Sedangkan takdir yang buruk disikapi dengan sabar karena pasti ada hikmahnya.
4. Bertanggung jawab dalam melaksanakan berbagai kewajiban dan berusaha untuk melakukannya dengan sebaik-baiknya.
Ibu shalihah meyakini bahwa berkeluarga itu menjadi ladang untuk beramal sebanyak- banyaknya sehingga rumah tangga dijadikan sebagai medan jihad untuk selalu beramal yang terbaik terhadap suami maupun anak-anaknya.
Bukankah seluruh pengorbanan dan perjuangan seorang ibu shalihah terhadap keluarganya nilainya sama dengan pahala seorang pejuang di medan jihad?
Wallahu a’lam bish shawaab.
(ind)