Oleh: Zulfa Alya (praktisi homeschooling)
ChanelMuslim.com – Mengenali kekuatan dan kelemahan anak masih menjadi pekerjaan rumah bagi banyak orang tua. Orang tua sering sekali melihat anak pada kelemahannya sehingga lupa pada kekuatan anak yang harus dilejitkan, padahal kelemahan anak adalah pelengkap sisi kekuatannya.
Baca Juga: Bunda, Kenali Tanda Keterlambatan dalam Perkembangan Anak Yuk!
Fokus pada Kekuatan, bukan Kelemahan
Contoh: Wildan nampak kurang tegas, dia peragu. Nilai-nilai rapornya bagus bahkan kelas 5 dan 6 selalu rangking 1. Dia selalu diminta sekolah untuk mewakili lomba olimpiade matematika. Akan tetapi, Wildan adalah anak peragu. Gurunya menuliskan di rapor bahwa Wildan adalah anak peragu.
Sebagai orang tua, ketika mengetahui hal tersebut mungkin kita akan berusaha membuat Wildan lebih tegas karena menganggap ini kelemahan yang harus dihilangkan.
Padahal peragu dalam kasus di atas adalah sifat pelengkap dari kekuatannya. Kekuatannya adalah suka membaca dan matematika.
Sangat cocok menjadi Ilmuwan. Ilmuwan satu sisi juga harus punya sifat peragu dengan hasil penelitiannya. Peragu ini adalah cermin dari seseorang yang hati-hati dan keingintahuan yang besar.
Jadi, peragu ini adalah pelengkap kekuatan anak yang akan menjadikan anak hati-hati, cermat, penuh rasa ingin tahu, yang melengkapi kekuatan seorang ilmuwan.
Kalau orang tua fokus pada kekuatan anak, seharusnya orang tua mengasah kekuatan matematikanya sampai dia berprestasi dalam hal tersebut.
Dengan demikian, otomatis anak akan percaya diri dalam mengambil keputusanya, sehingga peragunya akan tertutupi dengan kecemerlangannya dalam hal matematika.
Apa itu kekuatan anak? Kekuatan adalah sisi di mana anak mampu melakukan sesuatu dengan baik.
Dengan kekuatan, anak bisa menghasilkan prestasi yang tinggi. Oleh karena itu, ketika kekuatan diasah akan menumbuhkan kepercayaan diri anak.
Anak akan mengenali kelebihan dan keunikan yang dimiliki sehingga melakukan sesuatu dengan gembira dan mudah.
Oleh karena itu, orang tua harus fokus mengasah kekuatan anak.
Baca Juga: Cara Sederhana Mengajari Anak tentang Kebaikan
Sebaliknya dengan Kelemahan, Apa yang harus Dilakukan?
Kelemahan sebenarnya adalah pelengkap kekuatan. Dengan adanya kelemahan, hal yang ada pada kekuatan akan menguat.
Kelemahan anak itu tidak untuk dihilangkan. Tapi disiasati sehingga kelemahan tersebut bisa mendukung kekuatan. Menghilangkan kelemahan adalah kesia-siaan.
Fokus pada kelemahan akan mengakibatkan beberapa hal di bawah ini:
• Anak tidak berprestasi tinggi karena diasah kelemahannya. Dia akan belajar lebih lama ketika orang tua fokus kepada kelemahan.
•Anak jadi tidak percaya diri karena fokus mengasah pada hal yang bukan kekuatanya.
•Tidak menghargai keunikan pada diri anak. Ketika anak diasah pada kelemahannya sesungguhnya orang tua sedang tidak menghargai keunikan anak. Karena potensi kuatnya diabaikan.
•Bisa mengakibatkan stress. Karena anak melakukan sesuatu tanpa menikmatinya atau bahkan tertekan, maka anak bisa mengalami stress atau depresi.
Oleh karena itu, kelemahan anak bisa disiasati. Misalnya, anak kuat dalam matematika tapi kelemahannya tidak teratur.
Maka anak perlu dilatih untuk mensiasati dengan mengatur waktu belajarnya sedikit demi sedikit.
Contoh: Izzah kuat dalam membaca dan menulis buku. Berjam-jam Izzah bisa menghabiskan waktunya untuk menulis. Inilah kekuatannya.
Di satu sisi, Izzah juga sangat perasa dan sensitif. Mudah tersinggung. Inilah kelemahannya.
Karena memang bakat Izzah menulis, maka Izzah perlu sensitif dengan kondisi di sekelilingnya.
Sensitivitasnya bisa disiasati untuk merasakan peristiwa yang ada di sekitarnya. Dia tangkap ide itu dan tuangkan dalam bentuk tulisan.
Sehingga sensitivitas tadi bisa disiasati. Digunakan pada saat yang tepat.
Nah, menyikapi dengan tepat kekuatan dan kelemahan anak akan menguatkan potensi kuat anak. Dengan demikian, anak akan melejit potensi kuatnya. Berkarya dengan baik dan tumbuh rasa percaya dirinya.
Oleh karena itu, sebagai orang tua, kita harus mulai mengenali apa potensi kuat anak kita dari sekarang.[ind]