BAGAIMANA mengajarkan Leadership Skill ke anak? Praktisi homeschooling Bunda Zulfa Alya membagikan tips dan trik mengenai hal ini.
Leadership skill adalah sebuah kemampuan memimpin, bisa memimpin komunitas kecil atau komunitas besar.
Inti memimpin adalah mempengaruhi. Jadi sebenarnya, membentuk leadership skill adalah dengan membentuk kemampuan mempengaruhi orang lain.
Bagaimana kemampun memimpin ini bisa dibentuk pada anak?
Hal-hal ini bisa dilakukan.
Baca juga: Leadership yang Dibangun di JIBBS Membuahkan Hasil
Mengajarkan Leadership Skill ke Anak
1. Membekali anak dengan tsaqofah Islam.
Tsaqofah atau khazanah ilmu keislaman akan membuat anak bisa menilai sesuatu itu baik atau buruk.
Sesuatu itu bermanfaat atau tidak.
Jadi bisa mengukur bagaimana suatu hal itu baik atau tidak dan bisa diambil atau tidak.
2. Mengajarkan bagaimana mempunyai bahasa berpengaruh.
Untuk membentuk anak mempunyai bahasa berpengaruh, ada beberapa tahap yang harus dilalui.
Pertanyaannya bagaimana membentuk bahasa ahsan?
Memasukkan nilai
Yang dimaksud memasukan nilai adalah bagaimana orang tua mengajarkan nilai dalam berbahasa.
Mana yang baik dan mana yang buruk. Mana yang benar dan mana yang salah.
Ini adalah kaidah dasar dalam membentuk bahasa ahsan. Tanpa menanamkan nilai baik buruk, benar dan salah maka anak akan kesulitan berbahasa ahsan.
Contohnya:
Ketika anak melihat temannya yang diminta bu gurunya mengambilkan buku tapi yang diambil Pensil. Anak berkata, “Kamu kok bodoh sih.”
Akan kita jelaskan bahwa mengatakan, “Kok kamu bodoh sih,” adalah perkataan yang tidak baik.
Coba katakan kepada teman kita: “Dani, bu guru minta tolong diambilkan buku bukan pensil.”
Nah, kata yang kedua ini merupakan bahasa yang baik atau ahsan. Karena ada nilai baik dalam bahasa tersebut.
Memasukkan rasa bahasa dalam berbagai aktivitas
Memasukkan rasa bahasa adalah bagaimana membuat bahasa tadi menjadi halus. Penuh rasa. Indah. Detail. Dalam. Berpengaruh terhadap rasa.
Bagaimana caranya? Dengan memilih diksi atau kata-kata yang tepat dan indah.
Jadi kata yang diucapkan akan menyentuh rasa, jiwa dan menghujam kuat di fikiran manusia.
Contohnya:
Ketika meminta tolong ke teman. “Tolongin ambil pensil di dekatmu.”
Bahasanya tidak mengandung nilai yang buruk. Bahasanya baik. Tapi tidak indah. Tidak menggerakkan orang untuk menolong.
Berbeda dengan ini. “Ika, bolehkah aku minta tolong, ambilkan pensil di dekatmu!”
Bahasanya menyentuh rasa dengan menambahkan kata “bolehkah”.
Bahasa menjadi halus, sopan dan berpengaruh kepada orang yang mendengar untuk menolong.
Inilah bahasa ahsan.[ind]
Sumber: https://t.me/ParentingOnKidsPassion