Chanelmuslim.com – Membuat aku terhentak bahwa engkau datang tapi aku tak begitu memanfaatkan. Masih banyak waktu luang dan sejuta kata nanti, yang akhirnya kata nanti itu terhapus dengan kantuk dan selesailah hari itu tanpa ibadah yang cukup memadai dan jauh dari yang direncanakan.
Mungkin aku kurang persiapan sehingga ketika kau hadir aku lupa menjamumu sebagai tamu yang terhormat. Atau bilanganmu terlalu banyak, 30 hari sehingga aku masih mengandalkan 9 hari ketika 21 hari sudah kulalui… Masih berpikir ada 3 hari ketika sudah 27 hari bersamamu…
Aku terlalu memudahkan ketika duduk bersamamu. Kau menghampiri aku, tapi aku asyik dengan nafsuku. Aku menyadarimu tapi aku lupa memuliakanmu.
Sedih itu pasti, namun pada sisa-sisa tenaga, aku coba untuk berlari dengan payah, seperti seorang wanita tua yang mengejar kereta di stasiun dan berharap kereta itu berhenti sejenak untuk mengangkut wanita itu bersamanya.
Aku cuma kumpulan angan yang berkhayal mendapat banyak darimu. Namun ketika engkau hadirpun aku tak dapat memaknaimu.
Mungkin aku ini terlalu percaya diri bahwa aku sudah mengenalmu, jadi walaupun engkau dekat dan mudah kuraih tapi tanganku tak mampu menjamahmu dengan sepenuh hatiku.
Kau baru saja lewat dan aku seperti menjumput angin, sangat sedikit yang bisa kubuat dengan keberadaanmu disisiku.
Bumi dan langitpun menangis ketika akhirnya engkau pergi…
Dan Akhirnya engkau berlalu dengan gagah dan bijaksana, diiringi takbir yang gegap gempita, waktu itu telah tiba, waktu untuk kembali pada yang empunya. Kaisar Ramadhan berlalu dengan anggunnya… perlahan tapi pasti.
Aku tahu kehadiranmu itu hanya membantu saja dan tidak bisa buat apa-apa, bukankah cinta harus tampak dua muka, terjadi antara kau dan aku, bukan kau saja…
Maka wajarlah ketika “sesaat kau hadir” dan menggelontorkan rahmat, ampunan dan jauhkan dari api neraka.
Aku hanya bisa menyentuhmu dari tepian namun tak mampu merangkulmu. Aku tahu, aku lupa mempersiapkan tanganku untuk erat menggengammu. Aku baru sadar “cinta” di hatiku belum berupa cinta yang sesungguhnya. Hanya “gumpalan keinginan dan angan-angan.”
Jujur aku merasa ada yang hilang di hatiku, dan beharap tahun depan kita bertemu lagi dengan aku yang lebih mempersiapkan diri. Aku mengira bertemu denganmu mudah ternyata sesaat kau hadir, aku tak dapat “memaknaimu.”
Aku hanya bisa iri termangu pada orang yang mampu asyik dalam selimutmu…
Ramadhan. Malu aku untuk menyatakan ‘aku kurang menghormati tamu agung yang singgah di rumah hatiku.”
Sesaat kau hadir, membuat aku berlinang airmata, antara tangis sesal dan tangis sedih…
Yang ku harap hanya, aku masih hidup setahun lagi ketika engkau hadir, tanpa mengulangi kesalahan yang sama…
(Baitussalam, 16 july 2015, last day taraweh. ‘Emaknya Ben’ yang kurang pandai memanfaatkan momentum -aahhhhh…- hiks…hiks…)