ChanelMuslim.com–Kisah pilu kembali viral di media sosial, kali ini berasal dari sebuah dusun terpencil di pedalaman Riau. Andini (14) baru saja ditinggal wafat sang ibu karena penyakit TBC. Kini, ia tengah berjuang menghidupi 2 adiknya yang masih balita, Sidratul Jannah (4 bulan) dan Purwanti (1 tahun 8 bulan).
Ibu Andini, Ijaz (40), meninggalkan tiga anak perempuan untuk selama-lamanya. Sementara suaminya pergi dan menikah lagi dengan perempuan lain sejak anak ketiganya berusia empat bulan.
Andini tinggal di Dusun Telayap, Desa Pangkalan Tampoi, Kecamatan Kerumutan, Kabupaten Pelalawan, Riau.
Ia bak orang tua tunggal. Tubuh mungilnya menggendong adik bungsunya, Sidratul Jannah yang berusia 4 bulan. Sembari menggendong ia memberikan susu formula ke mulut adiknya tersebut yang dari tadi menangis karena kehausan. Sang kakak kemudian dengan cermat dan tanggap membuatkan susu ke dalam botol dan mengarahkan botol tersebut ke mulut kecil Sidratul Jannah.
[gambar1]
Sementara di samping kirinya, bayi perempuan berusia 1 tahun 8 bulan bernama Purwanti, merengek menangis meminta susu.
Diceritakan oleh Dedi Azwandi, pegiat sosial setempat sekaligus Wakil Ketua Yayasan Mualaf Center Riau, Kamis (10/1) cuaca di Dusun Telayap sungguh terik, bahkan teriknya cuaca siang itu membuat suara bayi tersebut semakin keras, seakan-akan mengundang tetangga untuk datang menghampirinya.
Dengan sabar dan telaten, Andini menjaga kedua adiknya. Mereka bertiga tinggal di sebuah rumah papan sederhana. Rumah tersebut hanya memiliki dua pintu dan satu jendela.
Saat ini, gadis kecil berhijab itu memikul beban yang cukup berat, lebih berat dari usianya saat ini. Andini harus menjadi ibu, sekaligus bapak bagi kedua adiknya tercinta.
Faktor ekonomi semakin terhimpit, ditambah waktu luang semakin sempit, Andini terpaksa menanggalkan seragam sekolahnya di bangku kelas tujuh SMP. Andini memilih meluangkan waktu dan menghabiskan masa mudanya guna mengurusi kedua adiknya.
Andini tetap berusaha tersenyum, namun di balik matanya ada duka mendalam. Pancaran wajahnya tak lagi gembira, dan lebih banyak diam daripada bicara.
Di usianya masih sangat belia, seharusnya bergembira, bersekolah dan melumat pelajaran demi pelajaran bersama teman-temannya. Namun, Andini harus rela, kuat, tabah, dan ceria, demi kedua adiknya tercinta. Hanya kedua adiknya kini menjadi pelipur lara setelah tidak ada lagi orang tua.
Bantuan Datang Namun Ribuan Kenangan Menghadang
Dedi mengatakan ia telah berusaha mengajak ketiga anak perempuan itu ke Kota Pangkalan Kerinci, ibu kota Pelalawan. Untuk menuju ke Pangkalan Kerinci, Andini bisa menempuh jarak selama 4 jam perjalanan.
Namun, kata Dedi, Andini sangat berat meninggalkan rumah dengan sejuta kenangan itu. Ia mengatakan, di Pangkalan Kerinci, nantinya Andini akan diasuh oleh keluarga yang siap menjaga mereka.
Dedi bercerita, sejumlah pihak juga telah menyalurkan bantuan kepada keluarga Andini. Bahkan, Badan Amil Zakat Sedekah Nasional (Baznas) menjamin pendidikan untuk Andini hingga ia mencicipi pendidikan tinggi lantaran semangat belajar Andini untuk belajar sungguh luar biasa, sebelum akhirnya ia memilih meninggalkan bangku sekolah.
Namun, Andini lebih banyak diam dan masih belum bersedia meninggalkan rumah peninggalanya ibunya.
“Dia semangat sekolahnya bagus, tapi lebih memilih menjaga adiknya. Kita sedang berusaha mencari solusi terbaik dan membujuk Andini agar bersedia pindah,” lanjutnya.
Selain itu, Dedi juga berharap ada bantuan dari para tangan dermawan untuk membantu Andini dan adik-adiknya. Hanya bantuan itu yang dapat meringankan duka mereka bertiga.
Seusai berita ini viral, dikabarkan Ayah Andini yang telah menikah lagi datang ke rumah mereka. Namun belum ada konfirmasi apakah kedatangannya akan memperbaiki kehidupan Andini dan adik-adiknya di masa depan atau hanya memperkeruh suasana. [ind/selasarriau]